Nilai ganti rupiah pada dolar Amerika Serikat (AS) bergerak kuat pada perdagangan di awal minggu ini. Rupiah dapat kuat ke bawah 14.000 per dolar AS.
Mencuplik Bloomberg, Senin (9/9/2019), rupiah dibuka di angka 14.087 per dolar AS, kuat bila dibanding dengan penutupan perdagangan awalnya yang berada di angka 14.101 per dolar AS.
Semenjak pagi sampai siang ini hari, rupiah bergerak di rata-rata 14.072 per dolar AS sampai 14.092 per dolar AS. Bila dihitung dari pertama tahun, rupiah dapat kuat 2,21 %.
Sedang berdasar Kurs Rujukan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dibanderol di angka 14.091 per dolar AS, kuat bila dibanding dengan dasar awalnya yang berada di angka 14.140 per dolar AS.
Penguatan rupiah dapat bersambung bahkan juga punya potensi kuat dibawah 14.000 per dolar AS pada minggu ini bila tidak ada sentimen negatif dari external," kata ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih diambil dari Di antara.
Persediaan devisa (cadev) Agustus sampai USD 126,4 miliar, naik dari tempat Juli lalu yang sebesar USD 125,9 miliar.
Kenaikan persediaan devisa itu sebab penerimaan devisa migas karena naiknya harga minyak mentah serta penerimaan devisa yang lain.
Tempat ini benar-benar aman dengan ukuran harga keramik lantai bulan import yang sampai 7,4 bulan serta 7,1 bulan import serta pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standard kecukupan internasional tiga bulan import.
Kenaikan cadev ini direspons dengan kuatnya rupiah yang lumayan 0,38 % pada perdagangan akhir minggu kemarin.
Lana meramalkan rupiah di hari ini akan bergerak di rata-rata 14.110 per dolar AS sampai 14.140 per dolar AS.
Awalnya, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan, nilai ganti rupiah ke depan akan kuat bersamaan dengan masih terjaganya saluran modal asing yang masuk ke negeri.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, rupiah pada Agustus ini sudah alami penguatan hampir 1 % dibandingkan akhir tahun kemarin.
"Rupiah s/d 21 Agustus 2019 dengan poin to poin kuat sebesar 0,98 % dibanding level akhir tahun 2018," jelas ia di Gedung Bank Indonesia.
Ke depan, dia melihat, nilai ganti Rupiah masih konstan sesuai proses pasar yang terbangun. Prediksi ini didukung prospek saluran masuk modal asing ke Indonesia yang masih terbangun bersamaan ekonomi domestik yang masih baik serta imbal hasil yang menarik, dan efek positif kebijaksanaan moneter longgar di negara maju.
"Untuk memberi dukungan efektivitas kebijaksanaan nilai ganti serta menguatkan pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, baik di pasar uang atau valas," tutur ia.
Jadi catatan, rupiah pada Juli 2019 alami animo 0,8 % dengan poin to poin dibanding dengan level akhir Juni 2019, serta 1,3 % dengan year on year (YoY) dibanding dengan level Juni 2019.
"Perubahan ini didukung berlanjutnya harga tv led saluran masuk modal asing searah persepsi positif investor asing pada prospek ekonomi nasional serta daya tarik asset keuangan domestik yang masih tinggi," sambung Perry.
Tetapi demikian, rupiah pada Agustus ini sudah sempat alami depresiasi 1,6 % dengan poin to poin serta 1,4 % dengan rata-rata dibanding dengan Juli 2019. Perry mengatakan, itu adalah efek dari kembali menghangatnya atmosfir perang dagang (trade war) di antara Amerika Serikat (AS) serta China.
"Searah gerakan mata uang global, rupiah pada Agustus 2019 melemah dikuasai ketidakpastian pasar keuangan dunia karena kembali bertambahnya kemelut jalinan dagang di antara AS serta Tiongkok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar